Kamis, 14 Februari 2013

Nah, Ini Dia Harinya!



Hari Valentine, begitulah sebagian orang menamainya. Entalah, rasanya tak ada yang lebih heboh bagi sebagian kawula muda melebih hari ini. Karena inilah harinya ketika segala perasaan dan rasa cinta diungkapkan kepada pasangannya. Wow!
Sebetulnya saya gak berminat bicara masalah valentine (Aihh.. ngaku aja, itu karena belum ada yang mau ngungkapin perasaan cinta pada kamu yee? Ckck..). Hal yang menjadi alasan utama adalah karena semakin kita membicarakan tentang valentine, maka “istilah” ini akan semakin populer sehingga menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan di tengah masyarakat. Padahal jaman dulu nenek moyang kita gak kenal dengan istilah valentine! Tapi biarlah ini sebagai catatan pribadi tentang valentine. Siapa tahu jika nanti ternyata ada pembaca yang nyasar ke blog ini bisa menemukan inspirasi atau bahkan pencerahan soal valentine J
Valentine tuh apa sih? Hari Valentine (Valentine's Day) itu adalah hari kasih sayang. Perayaan dilakukan setia tanggal 14 Pebruari di setiap tahunnya. Biasanya di hari ini seseorang memberikan hadiah atau kado kepada pasangannya sebagai ungkapan rasa cinta kasih. Namun, tak jarang, di hari ini sepasang kekasih menjadikan momen untuk memadu cinta, bahkan sampai kepada hal-hal yang lebih dari itu (baca: upacara seks).
Perayaan hari valentine berbeda-beda di setiap negera. Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat marketing besar-besaran, sebagai hari di mana para wanita memberi para pria yang mereka senangi permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu berkat usaha marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih”(White Day) muncul. Pada hari ini (14 Maret), pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine diharapkan memberi sesuatu kembali.
Di Taiwan, sebagai tambahan dari Hari Valentine dan Hari Putih, masih ada satu hari raya lainnya yang mirip dengan kedua hari raya ini ditilik dari fungsinya. Namanya adalah "Hari Raya Anak Perempuan" (Qi Xi). Hari ini diadakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut tarikh kalender kamariyah Tionghoa.
Di Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga mulai muncul. Budaya ini menjadi budaya populer di kalangan anak muda. Bentuk perayaannya bermacam-macam, mulai dari saling berbagi kasih dengan pasangan, orang tua, orang-orang yang kurang beruntung secara materi, dan mengunjungi panti asuhan di mana mereka sangat membutuhkan kasih sayang dari sesama manusia. Pertokoan dan media (stasiun TV, radio, dan majalah remaja) terutama di kota-kota besar di Indonesia marak mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan valentine.
Asalnya dari mana? Nah ini dia yang unik. Terdapat banyak versi tentang asal velentine. Bingungkan? Hehe.. Disini kita cukup sebutkan salah satunya saja.
Perayaan ini telah ada semenjak abad ke-4 SM, yang diadakan pada tanggal 15 februari, perayaan yang bertujuan untuk menghormati dewa yang bernama Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Acara ini berbentuk upacara dan di dalamnya diselingi penarikan undian untuk mencari pasangan. Dengan menarik gulungan kertas yang berisikan nama, para gadis mendapatkan pasangan. Kemudian mereka menikah untuk periode satu tahun, sesudah itu mereka bisa ditinggalkan begitu saja. Dan kalau sudah sendiri, mereka menulis namanya untuk dimasukkan ke kotak undian lagi pada upacara tahun berikutnya.
 Sementara itu, pada 14 Februari 269 M meninggallah seorang pendeta kristen yang juga dikenal sebagai tabib (dokter) yang dermawan yang bernama Valentine.
 Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.
 Namun sayangnya keinginan ini tidak didukung. Para pria enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tidak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.
 Claudius berfikir bahwa jika pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.
 St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
 Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya.
 Sejak kematian Valentine (14 februari), kisahnya menyebar dan meluas, hingga tidak satu pelosok pun di daerah Roma yang tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan nenek mendongengkan cerita Santo Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat pengkultusan.
 Ketika agama Katolik mulai berkembang, para pemimipin gereja ingin turut andil dalam peran tersebut. Untuk mensiasatinya, mereka mencari tokoh baru sebagai pengganti Dewa Kasih Sayang, Lupercus. Akhirnya mereka menemukan pengganti Lupercus, yaitu Santo Valentine.
 Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria yang dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi perayaan resmi pihak gereja. Dua tahun kemudian, sang Paus mengganti tanggal perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal matinya Santo Valentine sebagai bentuk penghormatan dan pengkultusan kepada Santo Valentine. Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan "Valentine Days"
 Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
 Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
 Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
 Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang tersebut menjadi semacam rutinitas ritual bagi kaum gereja untuk dirayakan. Agar tidak kelihatan formal, peringatan ini dibungkus dengan hiburan atau pesta-pesta.
Haruskah dirayakan? Ini pertanyaan yang super! J Penting gak sih rayain valentine? Sejujurnya, seperti yang sudah saya katakan di atas, berbicara mengenai valentine saja malas apalagi merayakannya? Hehe.. ini pendapat pribadi lho tapi sudah pasti ada alasannya, meski bagi sebagian orang (yang pro valentine) menganggapnya subjektif.
Alasan yang pertama adalah terkait asal dan peristiwa pencetus lahirnya valentine. Logis gak seh kita merayakan hari yang tak jelas asal-usulnya atau bahkan banyak versi ceritanya? Hmm.. *berubah jadi tampang pemikir.
Kedua, kalau dipikir-pikir valentine merupakan budaya luar, bukan asli indonesia. Jika meniliki lebih dalam, banyak hal yang berbeda dan kontras jika kita harus mengadopsinya. Lebih jauh lagi, kalau kita mau jujur, sebenarnya besar mana sih rasa bangga kawula muda negeri ini terhadap budaya luar dengan budaya daerah sendiri. Rasanya, sulit kita katakan kalau kita lebih bangga terhadap budaya asli kita.
Yang terakhir dan yang sangat penting adalah apa hukum valentine jika ditinjau dari aturan Islam? Hmm..Inilah yang seharusnya menjadi alasan kuat kenapa kita pantas menganggap remeh dan tak berpayah-payah dengan adanya hari valentine.
Valentine bukan sekedar budaya luar, tapi merupakan bagian dari rutinitas keagamaan. Dalam perspektif Islam, setiap budaya yang berhubungan langsung dengan kepercayaan tertentu, maka itu merupakan bagian dari agama itu yang tidak boleh kita berperan aktif di dalamnya. Allah SWT berfirman: “Untukmu agamammu dan untukku agamaku”. (QS. Al Kafirun: 6). Bisa juga, perayaan Hari Valentine yang gemar dirayakan kawula muda merupakan bagian dari propaganda pihak tertentu untuk menggiring generasi islam kepada sesuatu yang bersifat hura-hura serta menjauhkan mereka dari nilai-nilai agama Islam. Allah SWT juga berfirman dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”. Dalam sebuah hadits, Rosulullah bersabda “Man tasyabbah bi qoumin, fa huwa minhum. Barang siapa yang mengikuti budaya sebuah kaum, maka dia termasuk mereka (bukan lagi umat Muhammad SAW)”.
Sepertinya sudah cukup panjang penjelasannya, semoga ada nilai lebih dan mencerahkan bagi kita semua. Tulisan ini (baca: coretan) merupakan hasil pikiran penulis sendiri juga merupakan cuplikan dari beberapa sumber. Jika ada yang merasa belum puas, silahkan membuka alamat yang tertulis di bawah ini. Sekian. 






Silahkan baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar