Hari
Valentine, begitulah sebagian orang menamainya. Entalah, rasanya tak ada yang
lebih heboh bagi sebagian kawula muda melebih hari ini. Karena inilah harinya
ketika segala perasaan dan rasa cinta diungkapkan kepada pasangannya. Wow!
Sebetulnya
saya gak berminat bicara masalah valentine (Aihh.. ngaku aja, itu karena belum
ada yang mau ngungkapin perasaan cinta pada kamu yee? Ckck..). Hal yang menjadi
alasan utama adalah karena semakin kita membicarakan tentang valentine, maka
“istilah” ini akan semakin populer sehingga menjadi hal yang lumrah untuk
dilakukan di tengah masyarakat. Padahal jaman dulu nenek moyang kita gak kenal
dengan istilah valentine! Tapi biarlah ini sebagai catatan pribadi tentang
valentine. Siapa tahu jika nanti ternyata ada pembaca yang nyasar ke blog ini
bisa menemukan inspirasi atau bahkan pencerahan soal valentine J
Valentine tuh apa sih? Hari Valentine (Valentine's
Day) itu adalah hari kasih sayang. Perayaan dilakukan setia tanggal 14 Pebruari
di setiap tahunnya. Biasanya di hari ini seseorang memberikan hadiah atau kado
kepada pasangannya sebagai ungkapan rasa cinta kasih. Namun, tak jarang, di
hari ini sepasang kekasih menjadikan momen untuk memadu cinta, bahkan sampai
kepada hal-hal yang lebih dari itu (baca: upacara
seks).
Perayaan
hari valentine berbeda-beda di setiap negera. Di Jepang, Hari Valentine sudah
muncul berkat marketing besar-besaran, sebagai hari di mana para wanita memberi
para pria yang mereka senangi permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan
secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang
bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para teman kerja pria
mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko,
dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu berkat usaha marketing
lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih”(White Day) muncul. Pada
hari ini (14 Maret), pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine
diharapkan memberi sesuatu kembali.
Di Taiwan,
sebagai tambahan dari Hari Valentine dan Hari Putih, masih ada satu hari raya
lainnya yang mirip dengan kedua hari raya ini ditilik dari fungsinya. Namanya
adalah "Hari Raya Anak Perempuan" (Qi Xi). Hari ini diadakan pada
hari ke-7, bulan ke-7 menurut tarikh kalender kamariyah Tionghoa.
Di
Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga mulai muncul.
Budaya ini menjadi budaya populer di kalangan anak muda. Bentuk perayaannya
bermacam-macam, mulai dari saling berbagi kasih dengan pasangan, orang tua,
orang-orang yang kurang beruntung secara materi, dan mengunjungi panti asuhan
di mana mereka sangat membutuhkan kasih sayang dari sesama manusia. Pertokoan
dan media (stasiun TV, radio, dan majalah remaja) terutama di kota-kota besar
di Indonesia marak mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan valentine.
Asalnya dari mana? Nah ini dia
yang unik. Terdapat banyak versi tentang asal velentine. Bingungkan? Hehe.. Disini
kita cukup sebutkan salah satunya saja.
Perayaan
ini telah ada semenjak abad ke-4 SM, yang diadakan pada tanggal 15 februari,
perayaan yang bertujuan untuk menghormati dewa yang bernama Lupercus, dewa
kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Acara ini berbentuk upacara dan di dalamnya diselingi penarikan undian untuk
mencari pasangan. Dengan menarik gulungan kertas yang berisikan nama, para
gadis mendapatkan pasangan. Kemudian mereka menikah untuk periode satu tahun,
sesudah itu mereka bisa ditinggalkan begitu saja. Dan kalau sudah sendiri,
mereka menulis namanya untuk dimasukkan ke kotak undian lagi pada upacara tahun
berikutnya.
Sementara itu, pada 14 Februari 269 M
meninggallah seorang pendeta kristen yang juga dikenal sebagai tabib (dokter)
yang dermawan yang bernama Valentine.
Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin
oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut.
Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di
kerajaannya bergabung di dalamya.
Namun sayangnya keinginan ini tidak didukung.
Para pria enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tidak ingin meninggalkan
keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dia segera
memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.
Claudius berfikir bahwa jika pria tidak
menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius
melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini
sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.
St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya
sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta
meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera
memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati
pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah
memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri,
namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan
divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya.
Sejak kematian Valentine (14 februari),
kisahnya menyebar dan meluas, hingga tidak satu pelosok pun di daerah Roma yang
tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan nenek mendongengkan cerita
Santo Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat pengkultusan.
Ketika agama Katolik mulai berkembang, para
pemimipin gereja ingin turut andil dalam peran tersebut. Untuk mensiasatinya,
mereka mencari tokoh baru sebagai pengganti Dewa Kasih Sayang, Lupercus.
Akhirnya mereka menemukan pengganti Lupercus, yaitu Santo Valentine.
Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah
upacara Lupercaria yang dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi perayaan resmi
pihak gereja. Dua tahun kemudian, sang Paus mengganti tanggal perayaan tersebut
menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal matinya Santo Valentine
sebagai bentuk penghormatan dan pengkultusan kepada Santo Valentine. Dengan
demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan
"Valentine Days"
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam
Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai
jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke
gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini
telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke
gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah
prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa
khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang
menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi
pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk
menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis
legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang
tersebut menjadi semacam rutinitas ritual bagi kaum gereja untuk dirayakan.
Agar tidak kelihatan formal, peringatan ini dibungkus dengan hiburan atau
pesta-pesta.
Haruskah dirayakan? Ini pertanyaan yang super!
J Penting gak sih rayain
valentine? Sejujurnya, seperti yang sudah saya katakan di atas, berbicara
mengenai valentine saja malas apalagi merayakannya? Hehe.. ini pendapat pribadi
lho tapi sudah pasti ada alasannya, meski bagi sebagian orang (yang pro
valentine) menganggapnya subjektif.
Alasan yang
pertama adalah terkait asal dan peristiwa pencetus lahirnya valentine. Logis gak
seh kita merayakan hari yang tak jelas asal-usulnya atau bahkan banyak versi
ceritanya? Hmm.. *berubah jadi tampang pemikir.
Kedua,
kalau dipikir-pikir valentine merupakan budaya luar, bukan asli indonesia. Jika
meniliki lebih dalam, banyak hal yang berbeda dan kontras jika kita harus mengadopsinya.
Lebih jauh lagi, kalau kita mau jujur, sebenarnya besar mana sih rasa bangga
kawula muda negeri ini terhadap budaya luar dengan budaya daerah sendiri. Rasanya,
sulit kita katakan kalau kita lebih bangga terhadap budaya asli kita.
Yang terakhir
dan yang sangat penting adalah apa hukum valentine jika ditinjau dari aturan
Islam? Hmm..Inilah yang seharusnya menjadi alasan kuat kenapa kita pantas
menganggap remeh dan tak berpayah-payah dengan adanya hari valentine.
Valentine bukan
sekedar budaya luar, tapi merupakan bagian dari rutinitas keagamaan. Dalam perspektif
Islam, setiap budaya yang berhubungan langsung dengan kepercayaan tertentu,
maka itu merupakan bagian dari agama itu yang tidak boleh kita berperan aktif
di dalamnya. Allah SWT berfirman: “Untukmu
agamammu dan untukku agamaku”. (QS. Al Kafirun: 6). Bisa juga, perayaan
Hari Valentine yang gemar dirayakan kawula muda merupakan bagian dari
propaganda pihak tertentu untuk menggiring generasi islam kepada sesuatu yang
bersifat hura-hura serta menjauhkan mereka dari nilai-nilai agama Islam. Allah SWT
juga berfirman dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka”. Dalam sebuah hadits, Rosulullah bersabda “Man tasyabbah bi qoumin, fa huwa minhum. Barang
siapa yang mengikuti budaya sebuah kaum, maka dia termasuk mereka (bukan lagi
umat Muhammad SAW)”.
Sepertinya sudah
cukup panjang penjelasannya, semoga ada nilai lebih dan mencerahkan bagi kita
semua. Tulisan ini (baca: coretan) merupakan hasil pikiran penulis sendiri juga
merupakan cuplikan dari beberapa sumber. Jika ada yang merasa belum puas,
silahkan membuka alamat yang tertulis di bawah ini. Sekian.
Silahkan baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar