Sabtu, 16 Februari 2013

Mengapa Saya Keluar dari Syi'ah?

(Sebuah Kesaksian untuk Sebuah Renungan)


Sayyid Husain Al-Musawi bukanlah nama yang asing di kalangan Syi'ah. Dia adalah ulama besar Syi'ah yang lahir di Karbala dan belajar di Hauzah hingga mendapat gelar mujtahid.Dia juga mempunyai kedudukan yang istimewa di sisi AyatusSyi'ah Khomeini.

Setelah melalui pengembaraan spiritual yang panjang,dia akhirnya keluar dari Syi'ah,kerana menemukan begitu banyak penyimpangan dan kesesatan. Maka iapun menulis buku: 'Mengapa Saya Keluar Dari Syi'ah'. Sebagai pertanggungjawabannya kepada Allah dan sejarah, sebelum akhirnya dia dibunuh.

***

Aku lahir di Karbala,tumbuh di lingkungan orang-orang Syi'ah dan diasuh oleh ayahku,yang taat beragama.Aku belajar di beberapa sekolah yang ada di kota hingga usia remaja. Kemudian ayahku mengirimku ke sebuah Hauzah, semacam pesantren,di kota Najaf-Irak.Ini merupakan induk kota ilmu,tempat para ulama yang terkenal,menimba ilmu agama,seperti Imam Sayyid Muhammad Ali Husain Kasyif Al-Ghita'. Dia adalah tokoh di Kota Ilmu.Semenjak itu aku mulai serius belajar .Aku mempelajari mazhab Ahlul-Bait,tetapi di sisi lain aku mendapat celaan dan serangan terhadap Ahlul-Bait.

Aku belajar tentang masalah-masalah syari'at untuk beribadah kepada Allah tetapi di dalamnya terdapat nash-nash yang menyatakan kekafiran terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala. "Ya Allah,apakah yang aku pelajari ini?Apakah mungkin ini semua merupakan madzhab Ahlul-Bait yang benar?"

Sesungguhnya hal ini menyebabkan terpecahnya keperibadian seseorang. Kerana,bagaimana dia menyembah Allah sementara di sisi lain dia kufur kepada Allah? Bagaimana dia mengikuti sunnah Rasulullah sementara di sisi lain dia menyerangnya? Bagaimana dikatakan mengikut ahlul bait,mencintai dan mempelajari madzhab mereka,sementara dia manghina dan mengejek mereka?

"Turunkan rahmat dan kasih sayang-Mu Ya Allah.Jika bukan kerana rahmat-Mu,niscaya aku termasuk orang yang sesat, bahkan termasuk orang yang rugi".

Aku kembali bertanya kepada diriku,"Apa sikap para tokoh,imam dan orang-orang yang dianggap sebagai ulama?
Apakah sikap mereka terhadap hal ini?
Apa mereka melihat seperti yang aku lihat?Apakah mereka mempelajari apa yang aku pelajari?"

Aku butuh seseorang untuk mengadukan semua kebingunganku dan menumpahkan seluruh kesedihanku. Akhirnya aku mendapat petunjuk dengan mendapatkan ide yang bagus,yaitu melakukan study yang komprehensif dan mengkaji lagi semua materi pelajaran yang pernah aku dapatkan. Aku membaca semua yang aku dapatkan dari referensi,baik yang mu'tabar,maupun yang tidak.

Aku membaca setiap buku yang sampai ke tanganku. Aku merenung untuk mengkaji beberapa alinea dan nash-nash tersebut dan aku beri catatn sesuai pemikiran yang ada di dalam otakku.

Ketika selesai membaca referensi yang mu'tabar, aku telah mengumpulkan setumpuk kertas-hasil penelitian-, lalu aku simpan, semoga pada suatu hari nanti Allah menetapkan suatu keputusan bagiku.

Aku memohon kepada Allah dalam menjelaskan kebenaran ini. Akan banyak tuduhan, fitnah, dan usaha pembunuhan yang akan ditemui kalau seseorang membuka kesesatan Syi'ah, tapi aku sudah memperhitungkan semua itu, dan hal itu tidak menghalangku untuk melakukannya.

Orang-orang Syi'ah telah membunuh Figur para pemimpin kami, yaitu Ayatullah Uzhma Imam Sayyid Abul Hasan Al-Ashfahani, seorang imam Syi'ah terbesar setelah masa keghaiban imam hingga sekarang. Tidak diragukan lagi bahawa beliau adalah seorang tokoh besar Syi'ah, namun, ketika beliau hendak meluruskan manhaj Syi'ah dan membersihkan khurafat-khurafat yang ada didalamnya, mereka menyembelihnya sebagaimana menyembelih seekor kambing. Sebagaimana mereka juga telah membunuh Sayyid Ahmad Al-Kasrawi ketika ia menyatakan berlepas diri dari penyimpangan-panyimpangan Syi'ah dan hendak meluruskan manhaj Syi'ah, mereka mencincang tubuh Sayyid Ahmad menjadi beberapa potong.

Masih banyak orang yang mengalami nasib sama kerana keberanian mereka dalam menentang aqidah yang bathil yang dimasukkan ke dalam madzhab Syi'ah. Dan mereka juga menghendakki aku mengalami nasib yang sama. Namun hal itu tidak menggetarkanku. Cukuplah bagiku untuk menyampaikan kebenaran, menasihati saudaraku, memberi peringatan kepada mereka, dan berpaling pada kesesatan.

Seandainya aku menginginkan kesenangan dunia, mut'ah(nikah kontrak) dan khumus(seperlima harta yang diinfakkan para penganut Syi'ah) telah cukup untuk mewujudkan semua itu, sebagaimana dilakukan oknum selain aku yang menjadi kaya di daerahnya masing-masing. Sebahagian mereka memiliki mobil yang paling mewah dengan model paling mutakhir. Tetapi Alhamdulillah, aku berpaling dari semua itu sejak aku mengenal kebenaran.

***
Ulama-ulama sholeh dan jujur dari kalangan syi'ah, dengan berani meninggalkan ajaran Syi'ah dan kembali ke manhaj ahlus sunnah wal jama'ah, walau harus mengorbankan nyawa.

Oknum tidak jujur dan cinta dunia dari ahlus sunnah, rela meninggalkan sunnah, demi mendapatkan kenikmatan duniawi semata (mut'ah,khumus).

Semoga Allah menguatkan kita agar 'tsabat' dan 'istiqamah' di atas sunnah Rasulullah dan sunnah Khulafa' al-Rasyidin.Berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah, sampai ajal menjemput.




copas dari : 

1 komentar: