Selasa, 22 Oktober 2013

Sekelumit Cerita dari “Kota Batu”

Catatan Sang Pemimpi - Pekan kemarin, di awal Oktober, saya diminta saudara untuk pergi ke “Kota Batu” Upsss.. Kota Batu yang ini bukan yang di Jawa Timur lho. Kalau yang di Jatim itu dingin, yang Ini sebaliknya, Puanaaas! Kupang, inilah yang saya maksud dengan “Kota Batu” Kenapa?  karena hampir setiap permukaan bumi Kupang terdapat batu kapur. Kata seorang teman, Kupang tuh batu berpasir :-)
 Yap, ini merupakan kali kedua saya ke kota ini, setelah sebelumnya pada tahun 2009 lalu, saya, untuk pertama kalinya datang sekedar “bermalam” saja. Ya, pada saat itu kedatangan saya karena diundang Operator terbesar di Indonesia (tsaaahh.. belaga kaya orang gedean aja) untuk menghadiri acara puncak dan penyerahan hadiah bagi outlet terbaik. Sayangnya, acara Cuma sehari, tiba di bendara El tari saat itu siang hari lalu diantar ke hotel. Malamnya langsung acara puncak setelah itu paginya harus kembali lagi ke Ende. Tepat rasanya jika saat itu kesana hanya untuk numpang tidur saja hehe...

Kali ini agak berbeda. Saya ke Kupang karena harus mengantar salah satu keponakan yang super cute, smart dan cerewetnya bukan main; untuk bertemu dengan kedua orang tuanya disana. Bundanya lagi sakit, oleh karena jeda perawatan yang begitu lama sehingga bundanya tak kuasa menahan rindu untuk bertemu dan bercanda dengan anaknya.


Okeh. Saya ingin memulai cerita itu. Dan sebagai pendahuluan, saya memulai dengan sebuah nama; Kayla! Hehe.. ini dia anak Balita manis yang cute and cerewet itu. Tahukah anda apa yang ia rasakan di pesawat dalam perjalanan ke Kupang? Hmm... meski baru pertama kali naik pesawat, tidak terlihat sedikitpun rasa takut atau canggung darinya, seolah telah terbiasa. Ketika saya ngantuk, ia segera melarang hanya karena ingin ngobrol-ngobrol gak jelas. Saat pesawat mendarat, ia dengan PeDe turun dari pesawat seorang diri :-D

Bersama paman dan bibinya, ayah Kayla menjemput kami di bandara dan langsung menuju rumah sakit. Suasana suka cita tercipta di ruang rawat rumah sakit. Bunda begitu bahagia melihat putrinya datang, begitu pula Kayla, seolah ingin memberi semangat pada bundanya; ia tak henti-henti bercerita tentang pengalamannya dalam pesawat. Bibinya pun tak bosan-bosan mendengar ceritanya. Bahkan, butuh waktu dan rayuan manis untuk mengajaknya pulang ke rumah. Maklum, anak kecil dilarang menginap di rumah sakit.

Keesokan paginya saya berjalan-jalan mengelilingi kota Kupang. Berbekal Google Map, saya berjalan menyurusi jalan-jalan kota yang sama sekali belum pernah kulalui. Udara kota Kupang yang panas membuat saya harus beberpa kali berhenti sejanak untuk menghela panas dan berteduh di tempat yang nyaman. Tak jarang, saya harus mampir di warung yang menjajakan minuman dingin. Hmm.. ternyata menikmati segelas es kelapa muda setelah lelah berjalan di teriknya kota Kupang, punya sesansi yang luar biasa nikmatnya. Subhanallah!

Hari berikutnya saya kembali melakukan “jalan kaki” keliling Kupang. Jika kemarin saya hanya berjalan mengitari jalan-jalan seputar Rumah Sakit W.Z. Yohanes, kali ini rutenya lurus dan semakin jauh. Ya, dari rumah sakit saya berjalan lurus ke barat, menyusuri jalan Moh. Hatta, Jl. Jendral Sudirman dan Jl. Jendral Soeharto. Dari situlah saya melihat, Kantor Polda NTT, Dinas PPO, Kampus Undana (apa lagi yak, lupa hehe..). Capek? Banget! tapi udara panas masih begitu mendominasi dari rasa capek.

Saat melewati jalan Jendral Soeharto, mata saya tertuju pada sebuah gerobak yang menjajakan minuman es jeruk dan es kelapa muda. Sepertinya tak ada alasan untuk melewatinya. Saya pun menikmati segelas es kelapa muda. Sambil menikmati es kelapa, saya bertanya-tanya soal kota Kupang kepada mas penjual. Dari dia, saya mendapat info tentang Teddis dan rute angkot menunju ke tempat itu. Okelah. Sepertinya saya harus kesana sekarang! Saya pun bergegas menuju teddis tapi kali ini saya menggunakan angkot. Bukan karena lelah, tapi karena jalur menuju teddis adalah arah balik saat saya memeluai perjalanan. Intinya, pemandangan dan pengalaman akan sama saja. Dengan menumpang angkot “lampu satu” saya meluncur ke teddis. Ternyata, teddis merupakan daerah pinggir pantai, view nya pun lumayan indah. Tapi sayang, saya tiba di lokasi siang hari, saat suasana mentari begitu terik. Karena kawasan teddis merupakan area kosong di pinggir pantai yang jarang hanya sedikit ditumbuhi pohon, jadi tak ada yang bisa dilakukan disana selain numpang lewat saja :-(

Melewati jalan Siliwangi mengingatkan saya pada jalan Braga di Kota Bandung. Suasana tempo dulu begitu kental. Bangunan tua tertata begitu rapih mengapit jalan raya. Akhh.. sekali lagi rasa haus menggerogoti kerongkongan, saya kembali mampir di sebuah gerobak yang menawarkan jus alfukat. Srrruuuuuppp... subhanallah, nikmat terasa!
Tak terlalu lama saya berada disana. Selepas minum dan beristirahat, sayapun kembali beranjak melanjutkan kembali walking-walking dan kembali pulang :-)

Uppsss.. makasih yak, sudah mau menyimak cerita sepanjang ini hehe..
Okeh, kita lanjut lagi :-D

Sore hari, di hari kedua saya di Kupang, ada kejadian yang cukup menggelitik selera humor saya J Masih di rumah sakit, ketika itu saya tengah asyik membaca koran tiba-tiba datanglah dua orang ramaja perempuan, dan dengan malu-malu mereka meminta agar dipinjamkan sebagian koran yang telah selasai saya baca. Saya pun memberikannya. Tampak mereka serius memperhatikan headline news  yang termuat di surat kabar itu. Sepertinya mereka mencari sesuatu. “cari tajuk berita yak, dek?” tanyaku. “Oh, iya kakak. Ada tugas dari dosen”, balas mereka. Hmm.. ternyata mereka mahasiswa toh, gumamku dalam hati.

Saya pun melanjutkan bacaan. Beberapa saat kemudian, saya pergi tinggalkan mereka. Saat saya kembali, dengan malu-malu mereka mendekat dan berkata, “Kak, bisa bantu kita kow?” “bantu apa?” balasku keheranan. “ini, ada tugas dari dosen, kita disuruh cari satu kalimat yang ada contoh morfem bebas dan morfem terikat”.
Waduh.. morfem? Beberapa detik saya terdiam, mencoba mengingat kembali apa itu morfem. Yah, saya pernah baca dan belajar sedikit tentang itu, tapi jelas itu tak cukup untuk dijadikan jawaban. Tapi gengsi juga kalau harus bilang tidak tahu. “Memangnya adek-adek gak tau, morfem itu apa?” tanya saya mulai beralibi :-O “Dosennya jarang masuk, kak. Sekalinya masuk, kita langsung dikasih tugas kaya begini” balas mereka. “Jadi, kalian benar-benar belum tahu apa itu morfem?” “Iya” 
Waduh, celaka 12! Gimana urusannya neh, kok bisa-bisanya mereka yakin saya bisa membantu mereka? Hmm.. okelah, karena sudah kepalang tanggung, saya harus tanya ke mbah gugel. Galaxy tabpun dibuka. Klik, done! Apa yang dicari, semuanya tampil. Agar kelihatan meyakinkan dan gak malu-maluin, saya membuka tablet sembari berbicara dan bertanya soal kuliah mereka. Dan dengan PeDe sayapun menjelaskan pengertian dan contoh-contoh dari dua morfem yang ditanyakan tadi bak seorang dosen hehe... Ternyata hidup selalu mudah jika tablet ada dalam genggaman :-D

Sepertinya sekian dulu yang dibisa saya paparkan (tsaahhh.. belaga seperti pidato aja J ) Sebetulnya masih ada sepenggal kisah lagi, tapi biarlah lain kali kita lanjut lagi. Jari dah pada keriting neh :-3 Kudu rehat dulu :-) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar