Malam ini hujan turun. Suasana dingin dan sepi menyelimuti
kota ini. Warganya seolah memilih menghabisi sisa malam di rumahnya
masing-masing. Tapi di sebuah sudut jalan, di depan sebuah toko, suasana
terlihat berbeda. Sekumpulan orang terlihat berkumpul dan ngobrol begitu
ramainya. Suara canda dan tawa menghiasi obrolannya seolah bersaing dengan
gemercik air hujan yang jatuh di atas atap rumah.
1 Juni, sebagaimana yang tercatat dalam sejarah negeri ini,
merupakan tonggak lahirnya sebuah ideologi, sebuah asas berdirinya Republik
Indonesia. Di tanggal ini, diyakini terlharinya sebuah ideologi Pancasila. Namun
tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, 1 Juni 2013 sepertinya terjadi sebuah
perbedaan dalam perayaan hari bersejarah ini. Kota Ende yang merupakan kota
lahirnya Pancasila, mendapat perhatian istimewa dai pusat dalam merayakan hari bersejarah
tersebut.
Tahun ini Kota Ende mendapat kunjungan dari pejabat pusat,
mulai dari Ketua MPR, Anggota DPR, Menteri hingga Wakil Presiden hadir di kota
ini dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila. Tidak untuk itu saja,
Wapres juga datang untuk meresmikan patung Soekarno yang baru menggantikan
patung yang lama yang mungkin saja dirasa kurang menggambarkan nilai dari
sebuah perenungan.
Hujan terus turun, sepi pun seolah kian menyelimuti kota. Para
lelaki yang mengobrol itu masih tetap melanjutkan topiknya. Ada saja yang
mereka bicarakan.
“Hmm.. enak ew
jadi orang besar. Kunjungan Cuma sehari ju persiapannya berbulan-bulan”. Ujar
salah seorang dari mereka.
“Kalo Cuma persiapan mah
masih mending. Yang parahnya, karena kunjungan Pak Wapres, kerjaan saya jadi
tertunda. 4 hari tidak ada bongkar muat di pelabuhan karena ada kapal Angkat
Laut yang sandar”. Timpa yang lain. Sepertinya dia petugas bongka muat di
pelabuhan.
“Haha.. Iya tuh, harus
steril. Ti boleh buat macam-macam. Kalo rombongan mau lewat, kita tidak boleh
berdiri di pinggir jalan atau aspal, harus di atas trotoar atau tanah”.
“Eh, tau tidak kemarin ada
yang demo?”
“Demo apa?”
“Mahasiswa yang demo
Wapres soal kasus century.”
“Oh.. “
“Sempat ada adu jotos
dengan petugas keamanan. Tapi untungnya para pendemo lari pontang panting
sebelum datang pasukan tambahan. Konon, menurut informasi, mereka sudah
bersepakat dengan pihak keamanan agar tidak melakukan demo, tapi ternyata
mereka tidak menepatinya.”
“Serius?”
“Serius kow, jao ju
dikasih tau oleh beberapa orang”
“haha.. ternyata seru juga
yak kunjungan kali ini. Semoga Wapres datang lagi kesini tahun depan”
“Ew.. Kalo datang saja ti
apa-apa. Tapi pengamanan itu kow, buat kita ti bisa buat apa-apa. Mau kesana-kesini
ti bisa, harus mutar-mutar.”
“Ho’o ew.. Kita juga ti
bisa lihat dekat-dekat. Masa rakyat sendiri yang mau lihat presiden saja ti
bisa?”
“Iya Ew.. Biasa sa ew.”
Jam menunjukkan pukul 22.00 wita. Hujan pun sedikit mereda. Satu
persatu mereka mulai meninggalkan tempat itu. Sang tuan toko pun menutup
tokonya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar