Senin, 03 Juni 2013

Selalu ada Cerita di balik Peristiwa


Malam ini hujan turun. Suasana dingin dan sepi menyelimuti kota ini. Warganya seolah memilih menghabisi sisa malam di rumahnya masing-masing. Tapi di sebuah sudut jalan, di depan sebuah toko, suasana terlihat berbeda. Sekumpulan orang terlihat berkumpul dan ngobrol begitu ramainya. Suara canda dan tawa menghiasi obrolannya seolah bersaing dengan gemercik air hujan yang jatuh di atas atap rumah.

 Hmm.. sepertinya ada sebuah topik yang mereka bicarakan. Yap, benar saja! Ternyata mereka sedang membicarakan satu peristiwa yang baru beberapa hari terjadi di kota ini. Sebuah peristiwa yang konon katanya akan menjadi agenda rutin negara di setiap tahunnya. Apalagi kalau bukan peringatan hari lahirnya Pancasila.

1 Juni, sebagaimana yang tercatat dalam sejarah negeri ini, merupakan tonggak lahirnya sebuah ideologi, sebuah asas berdirinya Republik Indonesia. Di tanggal ini, diyakini terlharinya sebuah ideologi Pancasila. Namun tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, 1 Juni 2013 sepertinya terjadi sebuah perbedaan dalam perayaan hari bersejarah ini. Kota Ende yang merupakan kota lahirnya Pancasila, mendapat perhatian istimewa dai pusat dalam merayakan hari bersejarah tersebut.
Tahun ini Kota Ende mendapat kunjungan dari pejabat pusat, mulai dari Ketua MPR, Anggota DPR, Menteri hingga Wakil Presiden hadir di kota ini dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila. Tidak untuk itu saja, Wapres juga datang untuk meresmikan patung Soekarno yang baru menggantikan patung yang lama yang mungkin saja dirasa kurang menggambarkan nilai dari sebuah perenungan.

Hujan terus turun, sepi pun seolah kian menyelimuti kota. Para lelaki yang mengobrol itu masih tetap melanjutkan topiknya. Ada saja yang mereka bicarakan.
Hmm.. enak ew jadi orang besar. Kunjungan Cuma sehari ju persiapannya berbulan-bulan”. Ujar salah seorang dari mereka.
Kalo Cuma persiapan mah masih mending. Yang parahnya, karena kunjungan Pak Wapres, kerjaan saya jadi tertunda. 4 hari tidak ada bongkar muat di pelabuhan karena ada kapal Angkat Laut yang sandar”. Timpa yang lain. Sepertinya dia petugas bongka muat di pelabuhan.
“Haha.. Iya tuh, harus steril. Ti boleh buat macam-macam. Kalo rombongan mau lewat, kita tidak boleh berdiri di pinggir jalan atau aspal, harus di atas trotoar atau tanah”.
“Eh, tau tidak kemarin ada yang demo?”
“Demo apa?”
“Mahasiswa yang demo Wapres soal kasus century.”
“Oh.. “
“Sempat ada adu jotos dengan petugas keamanan. Tapi untungnya para pendemo lari pontang panting sebelum datang pasukan tambahan. Konon, menurut informasi, mereka sudah bersepakat dengan pihak keamanan agar tidak melakukan demo, tapi ternyata mereka tidak menepatinya.”
“Serius?”
“Serius kow, jao ju dikasih tau oleh beberapa orang”
“haha.. ternyata seru juga yak kunjungan kali ini. Semoga Wapres datang lagi kesini tahun depan”
“Ew.. Kalo datang saja ti apa-apa. Tapi pengamanan itu kow, buat kita ti bisa buat apa-apa. Mau kesana-kesini ti bisa, harus mutar-mutar.”
“Ho’o ew.. Kita juga ti bisa lihat dekat-dekat. Masa rakyat sendiri yang mau lihat presiden saja ti bisa?”
“Iya Ew.. Biasa sa ew.”

Jam menunjukkan pukul 22.00 wita. Hujan pun sedikit mereda. Satu persatu mereka mulai meninggalkan tempat itu. Sang tuan toko pun menutup tokonya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar