Selasa, 14 Mei 2013

Hari Gene, Sedekah?


Ia datang. Selepas salam, sambil tersenyum, ia mengeluarkan uang 50 ribu dari kantongnya, “Saya gak beli apa-apa, Bang, cuma mau minta tolong ditukar jadi 4”.
Akupun tersenyum. Sebagai pedagang, tentu pengalaman seperti ini tak sekali kualami. Tapi kali ini terasa berbeda. Bukan karena orang yang hendak menukarkan uang ini adalah salah seorang teman, tapi itu tidak lain karena senyumannya yang membuatku penasaran.
Kusodorkan uang pecahan 2o ribu dua lembar dan 5 ribu 2 lembar. “Tumben, buat apa neh duit?” kataku padanya.
“Alhamdulillah, baru dapat rejeki, Bang”.
“Wah, enak  neh”.
“Alhamdulillah, dikit-dikit aja”.
“Trus, tuh receh buat apaan?”.
“Buat dibagi. Sedekah, Bang”.
Uppsss dah! Buat dibagi? Sedekah? Aku sempat kaget meski tak kutampakkan padanya. Yang kukenal dia hanya seorang tukang ojek, kadang kerja serabutan gak tentu. Tapi, hari gini seorang tukang ojek bersedekah???? Subhanallah!
“Bagi ke siapa?” Lanjutku.
“Buat tetangga yang dekat dulu, Bang, ada dua orang. Mereka ini selalu saya usahakan untuk bisa bersedekah kalau ada rejeki”.
Aku tak habis takjub mendengar terangnya. “Bang, ada amplop gak?” ucapnya meneruskan.
“Ohh.. ada, neh ambil. Dua kan?”
“Iya. Makasih. Saya pamit dulu, bang”.
“oke!”
“Assalamu Alaikum”.
“Walaikum salam”
Orang itupun menghilang, pergi dengan moto matic putih-birunya. 
Aku pun terus berpikir, Ahh.. rasanya ini seperti sindiran halus untukku. Seorang tukang ojek masih saja berpikir untuk dapat bersedekah di tengah keterbatasan penghasilan. Bagaimana dengan aku? Seharusnya aku bisa melakukan itu, tapi entalah.. hitung-hitungan untung rugi masih terlalu indah menghiasi akalku.
Astaghfirullah! Ya Allah, Ampunillah hamba..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar